Minggu, 30 Agustus 2015

Salman, Zona Nyaman



Di ITB, kuliah udah berjalan selama sepekan. Dan itu berarti aku sudah sepekan kuliah sambil tinggal di asrama. Well, sebenernya yang lebih tepat adalah tinggal di Masjid Salman.

Kalian tahu Salman kan? Pasti dong. Mahasiswa mana yang ga tau Masjid Kampus pertama di Indonesia. Ya, Masjid Salman itu masjid pelopor yang menjadi percontohan banyak masjid kampus lain di Indonesia. Sejarah lengkapnya bisa kalian baca sendiri di salmanitb.com.

Masjid Salman adalah masjid yang menurutku unik. Masjid ini ga pernah sepi jamaah (paling pas liburan lebaran sih). Masjid ini tuh kaya taman yang di dalamnya banyak sekali wahana. Kalian bisa nemu kumpulan remaja islam, relawan kebencanaan, komunitas pembinaan anak-anak, klub literasi, para pelajar quran, komunitas bisnis, dan bahkan pecinta teknologi. Semuanya seperti ada di masjid ini. Oleh karena itu, masjid ini sudah seperti warna-warni remaja bagiku.

Pertama kali mendengar nama Salman adalah saat aku kelas empatsekolah dasar. Saat itu, ayahku mengajak aku main ke ITB. Ayahku memang berniat membantu aku masuk ITB dari dulu. Kami pergi pagi-pagi dan shalat jumat di Salman. Saat itu, aku baru sekedar tahu. Sampai sejak SMA, aku belum pernah lagi berkunjung ke salman.

Kemudian semenjak SMA, aku mulai beraktifitas di Salman, tapi tidak terlalu sering. Biasanya hanya jika ada acara di Salman. Terkadang, aku bersama beberapa teman mendirikan salat dzuhur di Salman saat istirahat.

Cerita sebenarnya bermula semenjak kuliah. Kebetulan aku belajar di ITB, yang membuat aku menjadi sering beraktifitas di Salman. Semenjak tahun pertama, aku diajak oleh mentorku untuk bergabung di salah satu unit Salman. Aku bergabung di Korps Relawan Salman. Dan dari sana, aku memulai aktifitasku di Salman.

Salman adalah rumah semua orang. Siapa saja bisa berkunjung dan beristirahat walau hanya melepas lelah di Salman. Benar saja, tahun pertamaku di Salman kuhabiskan dengan sering-sering menginap di Salman. Maklum, mumpung semangat belajar masih tinggi, tidak ada salahnya belajar untuk ujian di Salman. Kadang aku menginap di ruang utama, kadang di kantor bidang, dan tidak jarang juga di markas korsa. Salman sudah seperti penginapan gratis untukku.

Aku mulai mengenal banyak sekali aktifis yang berbakat di Salman. Sedikit-sedikit, aku dikenalkan dengan beberapa aktifis senior di Salman. Dari sana, namaku mulai banyak dikenal. Tapi, menjadi terkenal bukanlah tujuanku di Salman. Tujuanku adalah "bermain dan belajar" di Salman. Aku ingin mencari banyak sekali ilmu baru yang bermanfaat dan mengamalkannya lewat Salman.

Salman sangatlah filosofis. Apakah kalian tahu makna dibalik nama Salman? Salman adalah orang yang saat perang Khandaq mengusulkan membuat parit kepada kaum muslim demi menghalau pasukan kafir. Perilaku Salman saat itu menunjukkan insting seorang rekayasawan dan ini sejalan dengan jiwa mahasiswa di ITB yang saat itu hanya diisi oleh jurusan rekayasa (baca: teknik). Oleh karena itu, Salman dijuluki sebagai insinyur muslim pertama dan namanya disematkan sebagai nama Masjid Kampus ITB.

Menjadi Aktifis Salman bukanlah hal yang ringan. Banyak sekali desusan tentang aktifis Salman yang katanya sekuler ataupun liberal. Aku bahkan pernah dihimbau oleh pamanku agar tidak usah terlalu aktif di Salman karena takut aku terpengaruh nilai-nilai ekstrimisme. Aku katakan dengan jelas, semua itu tidak benar. Mereka mengatakan itu karena mereka tidak mengenal Salman. Salman lebih dari yang mereka bayangkan. Jika kamu ingin menilai Salman, kamu perlu melihat Salman dari dalamnya. Jangan hanya berbicara di belakang. Audah terlalu sering kudengar gosip-gosip itu. Makanya aku tidak khawatir karena aku sudah tahu seperti apa itu Salman.

Aku punya banyak sekali cerita di Salman. Terutama dengan para relawan di Korsa. Kami sering menghabiskan waktu bersama di Salman sampai membuat kami sudah seperti keluarga. Cerita-cerita ini membentuk jati diriku yang sekarang. Tapi, cerita yang paling utama tertulis di saat aku bergabung di kepanitiaan ramadan. Aku ditunjuk menjadi Kepala Subdivisi i`tikaf untuk ramadan 1436 H. Banyak sekali hal yang terjadi kepadaku dan membuat aku banyak berkembang. Aku bahkan pernah dimarahi oleh pengurus. Waw, itu sungguh kesempatan yang jarang didapatkan. Semua itu membuat aku menjadi lebih dewasa dan bijak. Yaa, walaupun sepertinya kelakuanku masih kekanakan sampai sekarang. Haha. Tapi tetap saja, semua cerita itu benar-benar mengesankan.

Sekarang, aku terpilih menjadi anggota asrama Salman ITB. Itu bukanlah hal yang ringan karena menjadi anggota asrama berarti menjadi garis depan aktifis penggerak yang harus bisa terjun dan bisa menjadi pelopor pergerakan aktifis Salman.

Aku ingin sekali mengajak kawan-kawanku untuk bergabung di Salman. Seperti yang aku bilang tadi, Salman adalah warna-warni. Bagaimana jika kita melukiskan warna-warni juga di Salman?

Salam Hangat,
Bagus Poetra